ORANG BENAR DI MATA TUHAN, MAZMUR 34: 12 – 18

MAZMUR 34: 12 – 18

Saudara-saudara! Terpujilah Tuhan, hari ini kita sudah memasuki Minggu XII Setelah Trinintatis. Kita bersyukur kepada Tuhan, tingkat penyebaran covid19 akhir-akhir ini sudah semakin berkurang dan menurun di daerah kita DKI Jakarta. Kita semua berdoa kepada Tuhan dan tetap berusaha mematuhi protocol kesehatan, sehingga covid19 ini segera berlalu dari kehidupan kita, berlalu dari bumi ini  secara global. Kepada seluruh jemaat yang  masih menjalani Isolasi Mandiri, di rawat di Rumah Sakit, di Wisma Atlet – doa kami Tuhan menyembuhkanmu semua, tetap semangat, penuh pengharapan, dan rasakanlah jamahan Tuhan yang memberimu kehidupan.

Saudara-saudaraku! Almanak Gereja kita HKBP merumuskan tema khotbah ini dengan judul: ORANG BENAR DI MATA TUHAN. Tentu menjadi orang benar adalah kerinduan kita bersama. Namun saya akan mengawali khotbah ini dengan kalimat yang tertulis di ayat 13: Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik?. Pemazmur Daud menyampaikan ini kepada orang yang lebih muda dari dia, dengan tujuan supaya semua orang hidup Takut akan Tuhan. inilah esensi iman, esensi kehidupan orang percaya kepada Tuhan. Apabila setiap orang mengarahkan hidupnya, dan menjadikan hidup Takut akan Tuhan sebagai pijakan, dasar, titik berangkat untuk menjalani seluruh lini kehidupannya, maka hidupnya akan terberkati.

Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik?. Tentu bila pertanyaan ini ditujukan kepada kita saudara-saudara, semua kita menjawab: Saya menyukai hidup…, saya mengingini umur panjang…, saya mau menikmati yang baik…! Tak seorang pun dari antara kita menolak itu, atau berkata tidak untuk itu. Namun pertanyaan selanjutnya saudara-saudara, apakah kita memahami apa arti “menyukai hidup” yang dimaksud oleh Pemazmur? Bagi Pemazmur inti dari menyukai hidup itu adalah “takut akan Tuhan” sebagaimana disampaikan di ayat 12. Minimal ada tiga hal yang disampaikan oleh Daud sebagai tanda – ciri orang yang menyukai hidup:

Pertama: Menjaga perkataan kita dari segala ucapan yang menipu dan jahat, (ay. 14): Jagalah lidahmu terhadap yang jahat, dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu.

Lidah adalah anggota tubuh yang kecil, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Sama seperti api, betapa pun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. Artinya saudara-saudara: betapa pun kecilnya lidah sebagai anggota tubuh, dia dapat menodai seluruh tubuh…(Yak 3:5-6). Katakanlah dalam konteks kita sekarang: menyebarkan hoax (kebohongan) baik secara langsung maupun melalu media social, dapat menimbulkan kesesatan dan kekacauan. Dapat menimbulkan situasi krisis secara personal, komunal dan global.

Dan inilah awal dosa pertama manusia yang menjadikannya keluar dari taman Eden. Tuhan sudah berfirman kepada Adam dan Hawa: Semua pohon yang ada di taman ini, buahnya bisa dimakan, kecuali buah pohon yang ada  ditengah jangan kamu makan, nanti kamu mati. Namun selanjutnya sang iblis menyebarkan Hoax dengan berkata: sekali-kali kamu tidak akan mati. Manusia pertama termakan hoax, dan akhirnya mereka terusir dari taman eden. Inilah yang saya maksudkan bahwa hoax menimbulkan krisis secara personal, komunal, daan global. Tentu saudara-saudara, kita tidak mau hidup di dalam krisis; dan untuk itulah pemazmur berkata: Jagalah lidahmu terhadap yang jahat, dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu.

Kedua: ciri orang yang menyukai hidup:  Jauhi yang jahat dan lakukan yang baik.

Sesungguhnya rumusan ini adalah arti dari hidup takut akan Tuhan, yaitu sikap atau tindakan yang selalu berpihak kepada kehendak Tuhan, berpihak kepada perintah-perintah Tuhan, berpihak kepada kebenaran firman Tuhan. Penderitaan manusia pertama yang sangat menyakitkan, itu dimulai dari keberpihakan manusia kepada yang jahat yaitu suara iblis. Manusia pertama mengesampingkan apa yang baik, yaitu firman Tuhan, perintah Tuhan; dan akibatnya mereka jatuh kepada berbagai penderitaan, dan penderitaan.

Tentu tak seorang pun dari antara kita mengingini penderitaan terjadi dalam kehidupan – sakali lagi tak seorang pun dari kita mengingininya; itulah sebabnya pemazmur berkata dalam nas khotbah ini: Jauhilah yang jahat, dan lakukanlah yang baik. Yang baik itu maksudnya sikap hati, tindakan kita yang selalu berpihak kepada firman Tuhan, kehendak Tuhan, perintah-perintah Tuhan.

Dalam konteks kita di sini, dalam konteks bumi di mana kita hidup sekarang adalah fakta – kita mengalami berbagai macam penderitaan akibat covid19. Hampir di seluruh lini kehidupan kita mengalami kesusahan, kesulitan, dan penderitaan yang sangat menyiksa. Kita mengingingini dan menyukai hidup, kita mengingini umur panjang, dan kita mau menikmati yang baik. Untuk sampai ke sana tidak ada jalan lain yang harus kita tempuh, selain: Jauhilah yang jahat, dan lakukanlah yang baik. Sekali lagi jauhilah yang jahat, dan lakukanlah yang baik. 

Ketiga, ciri orang yang menyukai hidup: Berusaha mencari Perdamaian.

Ini kalimat berbentuk perintah dan sifatnya aktif. Artinya semua orang percaya di ajak, diundang untuk berusaha mencari – mendapatkan perdamaian itu. Kenapa saudara-saudara? Karena tindakan perdamaian adalah tindakan Allah sendiri, adalah sifat dan hakikat dari Allah sendiri. Sehingga setiap orang percaya diajak, diundang untuk mewujud dalam tindakan, sifat, dan hakikat Allah.  Allah di dalam Yesus Kristus telah mendamaikan diri-Nya kepada manusia melalui kamatian dan kebangkitan-Nya, sehingga dengan demikian manusia memperoleh kehidupan. Sifat dan hakikat Allah inilah yang menjadi inti proklamasi iman kita, sehingga pemazmur berkata: carilah perdamaian, dan berusahalah mendapatkannya.

  • Apabila setiap orang berusaha mendapatkan dan mencari perdamaian, itu berarti dia berusaha mendapatkan dan mencari Allah.
  • Apabila setiap orang berusaha mendapatkan dan mencari perdamaian, itu berarti dia berusaha mendapatkan dan mencari kehidupan.
  • Barangsiapa yang mendapatkan perdamaian itu berarti dia menemukan Tuhan
  • Barang siapa yang menemukan Tuhan, itu berarti dia menemukan kehidupan. Karena Perdamaian itu adalah Allah, dan perdamaian itu adalah kehidupan.

Saaudara-saudaraku! ditengah-tengah bumi kita yang rusuh ini, bumi yang keras ini, bumi yang semakin garang dan penuh peperangan ini; mari carilah perdamaian, dan berusahalah mendapatkannya. Apabila karya perdamaian ini kita lakukan, itu terjadi bukan antara kita dengan orang sebagai subyek, namun  itu terjadi antara kita dengan Tuhan sebagai subyek.

Saudara-saudara yang saya kasihi di dalam Yesus Kristus!

Melalui firman Tuhan, nas kotbah hari ini, Tuhan memberi jaminan kepada kita: kepada semua orang benar di mata Tuhan – hidupnya tidak pernah menjadi sia-sia. Malah sebaliknya hidupnya akan memperoleh kelimpahan berkat Tuhan. Kelimpahan berkat itu adalah

  • Mata Tuhan selalu tertuju kepadanya,
  • Telinga Tuhan akan selalu mendengarkannya, dan
  • Tuhan akan melepaskannya dari segala kesesakan.

Jangan kuatir, dan jangan takut amang, inang dan saudara-saudaraku! bila amang, inang dan saudara – saudara berlaku benar di mata Tuhan, ingatlah ini:

  • Tuhan tidak pernah meninggalkanmu –
  • Tuhan akan selalu menyertaimu –
  • Tuhan akan selalu memberkatimu.

AMIN.

Pdt. Adven Leonard, D.Min